Selasa, 12 Maret 2013

CoVeR





Ayumas Spa - Grosir peralatan salon,Bekasi :

"Sabun Dewi Ayu banyak yang cocok, bagus untuk kulit, pelanggan saya banyak yang memuji sabun ini."


Itulah sebabnya sabun Dewi Ayu menembus angka penjualan 5.000pcs dalam waktu 45 hari. Cukup bagus, diterima pasar, Dewi ayu diluncurkan ditengah maraknya produk sejenis yang harganya lebih murah. Tapi penjualan Dewi Ayu diatas 5.000 dalam waktu yang relatif singkat menunjukkan bahwa kualitas dan nilai manfaat yang optimal yang dicari masyarakat, soal harga nomor dua. 
"Ibarat membeli duren, harga 10.000 dibanding 50.000. Yang harga 10.000, begitu dimakan tidak ada rasanya, anyep...akhirnya dibuang.., murah atau mahal? 
Durian yang seharga 50.000, begitu dibelah aromanya sudah merangsang, rasanya manis, sampai-sampai sisa-sisa di jari kita pun kita makan habis sampai bersih. 
Puas karena kenikmatannya,lalu kita bilang durian ini murah...!"

Dewi ayu mencari 100.000 orang yang bisa membedakan arti "MURAH dan MAHAL" untuk menjadi pelanggan setia.
Mungkin salah satunya Anda...!

Harga Eceran

Agen " Sabun Dewi Ayu "


Display Sabun Dewi Ayu


display sabun Dewi Ayu di salah satu agen

Spanduk Untuk Distributor


Brosur


Kisah Katak Saat Hujan Turun

Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika 
langit tiba-tiba gelap.
"Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba gelap?" ucap anak
katak sambil merangkul erat lengan induknya.

Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut.

"Anakku," ucap sang induk kemudian. "Itu bukan pertanda kebinasaan
kita.
Justru, itu tanda baik." jelas induk katak sambil terus membelai. Dan anak
katak itu pun mulai tenang.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin bertiup
kencang. Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai berterbangan.
Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, suatu
pemandangan menakutkan buat si katak kecil. "Ibu, itu apa lagi? Apa itu
yang kita tunggu-tunggu? " tanya si anak katak sambil bersembunyi di
balik tubuh induknya.

"Anakku. Itu cuma angin," ucap sang induk tak terpengaruh keadaan. "Itu
juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!" tambahnya begitu
menenangkan. Dan anak katak itu pun mulai tenang. Ia mulai menikmati
tiupan angin kencang yang tampak menakutkan.

"Blarrr!!!" suara petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih pun kian
menjadikan suasana begitu menakutkan. Kali ini, si anak katak tak lagi
bisa bilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuh
induknya. Tapi juga gemetar. "Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!"
ucapnya sambil terus memejamkan mata.

"Sabar, anakku!" ucapnya sambil terus membelai. "Itu cuma petir. Itu
tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah.
Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah,
karena hujan tak lama lagi datang," ungkap sang induk katak begitu
tenang.

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia mencoba
mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan
dahan, dan sambaran petir yang begitu menyilaukan. Tiba-tiba, ia
berteriak kencang, "Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!"

RENUNGAN :

Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak
datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-
dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.

Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan.
Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin
yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah
sebenarnya tanda-tanda hujan.

Benar apa yang diucapkan induk katak: jangan takut melangkah, jangan
sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu,
pasti akan datang. Bersama kesukaran ada kemudahan.